Jumat, 02 Mei 2014

BIO-OIL DARI BATANG JAGUNG



ANALISA EKONOMI INDUSTRI BIO-OIL DI INDONESIA

Disusun oleh:
ANDI SETIAWAN (201225003)


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOG AL-KAMAL JAKARTA
2014





Kata pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT,tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan raahmat serta ridhonya kepada saya sehingga penulis bisa menyeleaikan makalah proses pembuatan bio-oil dari bahan baku kayu dengan baik. Tidak lupa penulis juga ucapkan terimakasih kepada dosen agro industri yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini,serta saya ucapkan terimakasih pula kepada teman-teman jurusan teknik kimia seluruhnya yang telah mensupport demi terselesaikanya makalah ini.
‘tiada gading yang tak retak’ adalah ungkapan untuk makalah ini,karena penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan bik isi maupun penulisan didalam makalah ini. Oleh karena itu suatu masukan, kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan makalah ini lebih baik sangat saya harapkan.
Demikian pengantar dari saya, semoga adanya makalah ini dapt membarikan mamfaat untuk para pembaca sekalian. Terimakasih wasalamualaikum warohmatullahiwabarrokatuh.

Tangerang,07 maret 2014
penulis
Andi Setiawan(201225003)




Daftar isi

Halaman judul..................................................................................i
Kata pengantar.................................................................................ii
Daftar isi...........................................................................................iii
BAB.1 Pendahuluan..........................................................................1
1.1  Latar belakang.......................................................................1
1.2  Rumusan masalah..................................................................1
1.3  tujuan....................................................................................1
BAB.11  Pembahasan.........................................................................2
      11.1 Bio-Oil...................................................................................2
       11.2 proses pembuatan bio-oil....................................................3
       11.3 tipe sirkulating fluid bed......................................................4
      11.4 tipe fluidized bed (unggun terfluidisasi)................................5
      11.5 tipe vacum pyrolisis..............................................................6
      11.6 pemilihan proses..................................................................7
      11.7 diskripsi proses.....................................................................7
BAB 111 PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI.........................................8
       111.1 MODAL INVESTASI TETAP LANGSUNG(MITL).....................8
       111.1.1 biaya tanah lokasi pabrik................................................8
       111.1.2 harga bangunan..............................................................8
       111.1.3 perincian harga peralatan...............................................9
       111.1.4 instrumen dan alat kontrol............................................11
       111.1.5 biaya perpipaan.............................................................11
       111.1.6 biaya instalasi listrik......................................................11
      111.1.7 biaya insulasi..................................................................11
      111.1.8 biaya iventaris kantor......................................................11
      111.1.9 biaya perlengkapan kebakaran dan keamanan.................12
      111.1.10 biaya sarana tranportasi.................................................12
      111.2 MODAL INVESTASI TETAP TAK LANGSUNG (MITTL).............12
      111.2.1 pra investasi.....................................................................12
      111.2.2 biaya enginering dan supervisi.........................................13
      111.2.3 biaya legalitas..................................................................13
      111.2.4 biaya kontraktor..............................................................13
      111.2.5 biaya tak terduga.............................................................13
      111.3 MODAL KERJA.....................................................................13
      111.3.1 bahan baku proses...........................................................14
      111.3.2 persediaan bahan baku utilitas.........................................14
      111.3.3 kas....................................................................................15
      111.3.4 administrasi umum...........................................................17
      111.3.5 biaya pemasaran...............................................................17
      111.3.6 pajak bumi dan bangunan.................................................17
      111.3.7 biaya start up....................................................................18
      111.3.8 piutang dagang..................................................................18
      111.4 BIAYA PRODUK TOTAL..........................................................20
      111.5 BIAYA VARIABLE...................................................................24
      111.6 PERKIRAAN LABA / RUGI PERUSAHAAN...............................24
      111.7 ANALISA EKONOMI...............................................................25
BAB 1V PENUTUP ................................................................................27
      1V.1 kesimpulan.............................................................................27
      DAFTAR PUSTAKA...........................................................................27



BAB 1 PENDAHULIAN
1.1   LATAR BALAKANG
Pengembangan bioenergi sebagai sumber energi alternatif terbaru sangatlah prospektif mengingat melimpahnya sumber daya alam di indonesia. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bioenergi bertranformasi menjadi bentuk yang lebih modern. Bioenergi yang kita kenal sekarang mempunyai dua bentuk yaitu, bioenergi tradisional dan bioenergi modern. Bioenergi tradisional yang sering kita temui adalah kayu bakar. Sedangkan yang lebih modern diantaranya bioetanol,biodisel ataupun biogas. Pembuatan bioenergi modern sangatlah mudah, yakni dengan mengubah biomassa menjadi bahan bakar dengan proses tertentu. Ada dua jenis pembuatan bioenergi, yaitu proses bio kimia dan proses termo kimia. Proses biokimia adalah proses melibatkan enzymatic fermentation, sedangkan proses termokimia terdapat dua langkah proses yaitu pertama sintetik gas (syngas) yang juga menghasilkan CO dan hidrogen pada proses pirolisis dan gasifikasi biomassa. Langkah kedua yaitu syngas dikonversikan melalui reaksi katalitik bakteri kedalam bentuk lain seperti etonol atau butanol (anonim,2012)
        Pakr perminyakan indonesia, kartubi (2004), menyatakan bahwa mulai tahun 2004, produksi perminyakan indonesia berada pada level terendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Produksi minyak mentah pada triwulan 1/2004 hanya sekitar 0,98 juta per barrel per hari atau sekitar 360 juta barrel per tahun, sedangkan pada tahun 1999, produksi minyak masih sekitar 1,4 juta barrel per hari. Diketahui pula bahwa harga minyak dunia meningkat pesat dan diiringi dengan meningkatnya permintaan bahan bakar minyak didalam negeri. Permasalahan inilah yang membawa dampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk minyak tanah indonesia.
        Tabel 1.1 memperlihatkan perkembangan jumlah impor dan kebutuhan minyak solar pada wilayah sumatera utara dan indonesia mulai tahun 2004 sampai 2010.
       
Mengatasi krisis bahan bakar minyak (BBM) dan ketergantungan terhadap minyak bumi serta memenuhi kebutuhan peryaratan global, satu-satunya cara adalah dengan mengembangkan bahan bakar alternatif ramah lingkungan.
Bahan yang mengandung selulosa berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku bio-oil. Bahan-bahan tersebut diantaranya kayu, kulit kayu,bagas, batang jagung, dan biomassa lainya. Bahan yang memiliki kandungan lignin yang tinggi menghasilkan rendemen bio-oil yang rendah, sedangkan bahan baku dengan kandungan selulosa tinggi cenderung menghasilkan bio-oil dengan rendemen lebih tinggi (hambali,2007).
        Batang jagung sebagai bahan baku bio-oil lebih kompetitif dan efisien dibandingkan dengan bahan baku lainya diatas.
Sebagai perbandingannya, batang jagung mengandung 53% selulosa dan 16% lignin. Pada serbuk kayu gergaji mengandung 45% selulosa dan 33% lignin. Sedangkan pada tandan kosong kelapa sawit mengandung 54% selulosa dan 22% lignin.
        Selain itu, luas area pertanian jagung dan produksi batang jagung di sumatera utara dan indonesia setiap tahun terus meningkat seperti tertera pada tabel 1.2 dan 1.3 dibawah ini.

Tabel 1.2 luas panen dan produksi tanaman jagung di sumatera utara

Tabel 1.3 luas panen dan produksi tanaman jagung di indonesia
         
       
        Dari data produksi tanaman jagung di sumatera utara diasumsikan 50% menghasilkan batang jagung. Maka ketersediaan batang jagung di sumatera utara sebanyak 411.533 ton/tahun. Dari hasil perhitungan, kebutuhan batang jagung proses pembuatan bio-oil sebanyak 50 ton per tahun.
        Oleh karena itu, pembangunan bio-oil berbahan baku batang jagung sangat cocok dan ideal bila didirikan di indonesia dala memenuhi permintaan dalam negeri dan permintaan dunia akan bio-oil.perumusan masalah

1.2.            perumusan masalah
   Industri bio-oil dengan bahan baku crude palm oil dari dalam negeri diperkirakan tidak bisa berkembang kerena harga bahan baku crude palm oil (cpo) dipasar internasional meningkat drastis sehingga produksi bio-oil berbahan baku cpo tidak ekonomis. Maka salah satu produksi bio-oil yang dapat didirikan di indonesia adalah  dengan menggunakan bahan baku batang jagung.

1.3.            tujuan
   Memberikan gambaran tentang kelayakan pembangunan industri bio-oil berbahan baku batang jagung.





BAB 11 PEMBAHASAN

11.1           Bio Oil
   Bio oil adalah bahan bakar cair yang bewarna gelap ,beraroma seperti asap, dan diproduksi dari bio massa seperti kayu,kulit kayu, kertas atau biomassa lainya melalui teknologi pirolisis (pyrolisis) atau pirolisis cepat (fast pyrolisis). Fast pirolisis adalah komposisi termal dari komponen organik tanpa kehadiran oksigen dengan cara mengalirkan N2 dapat mengusir oksigen dalam prosesnya untuk menghasilkan cairan, gas dan arang. Cairan ini yang kita sebut sebagai bio-oil. Bio-oil yang dihasilkan dalam proses pirolisis cepat tergantung pada komposisi biomassa yang digunakan sebagai bahan baku,kecepatan serta lama pemanasan. Rendemen tertinggi yang dihasilkan dari pirolisis cepat berkisar 78% dengan lama pemanasan 0,5-2 detik, pada temperatur 400-600 C dan proses pendinginan yang cepat pada akhir proses. Pendinginan yang cepat sangat penting untuk memperoleh produk dengan berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang memiliki berat milekul rendah. Produksi bio oil sangat menguntungkan karena dengan pengonversian bio-oil maka akan didapatkan produk berupa bahan bakar minyak bio, misalnya: biokerosene,biodiesel dan lain-lain (hanbali,2007)
Gambar 11.1 dibawah ini merupakan struktur kimia bio-oil
             

11.2 Proses Pembuatan Bio-Oil
                   Proses yang ada pada pembuatan bio-oil adalah fast pyrolisis yang merupakan dekomposisi termal dari komponen organik tanpa kehadiran oksigen dalam prosesnya untuk menghasilkan cairan,gas dan arang.cairan yang dihasilkan ini lebih lanjut kita kenal sebagai bio-oil. Produk yang dihasilkan pada proses fast pyrolisis tergantung dari komposisi biomassa yang digunakan sebagai bahan baku,kecepatan serta lama pemanasan. Rendemen cairan tinggi  yang dapat dihasilkan dari proses fast pyrolisis berkisat 78% dangan lama pemanasan 2 detik pada suhu 480 C dan proses kondensasi yang cepat pada akhir proses. Kondensasi yang cepat sangat penting untuk memperoleh produk dengan berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang memiliki berat molekul rendah. Proses pirolisis cepat dilakukan pada reaktor pirolisis,awalnya lignoselulosa yang sudah diproses secara fisis diumpankan ke reaktor dan akan mengalami proses pemanasan sampai temperatur reaksi 480 C. Kecuali bahan pengotor,lignoselulosa terkonversi menjadi bio-oil,karbon dan hidrogen,kerbon dioksida,karbon monoksida dan metana. Proses pirolisis lignoselulosa berdasarkan sistem reaksi dapat dibagi menjadi tiga macam,yaitu: circulating fluid bed,fluidized bed and vacum pyrolizer (hanbali,2007)
  
11.3 Tipe Sirkulating Fluid Bed
   Circulating fluid bed, dimana serbuk selulosa yang berukuran 3-30 mm diumpan dari atas reaktor dan akan menumpuk karena gaya beratnya. Gas CO dikembus dari bawah berlawanan dengan masuknya lignoselulosa akan bereaksi membentuk gas. Hal ini menyebabkan lignoselulosa turun secara berlahan selama proses hingga waktu tinggal (residense time) lignoselulosa adalah 1 jam serta menghasilkan produk sisa berupa abu (brown,2003 dalam hambali 2007).
Reaktor circulating flud bed sesuai untuk produksi uap,karbon dan gas sintesis dengan tingkat konversi karbon pada tipe circulating flud bed mencapai 12%.

11.4 Tipe Fluidized Bed (Unggun Terfluidisasi)
   Tipe fluidized bed, dimana pemasukan batang jagung dari samping (side feeds),gas N dari bagian bawah gaya dorong dari gas N akan setimbang dengan gaya grafitasi sehinggga serbuk batang jagung dalam keadaan mengembang pada saat terjadi peoses pirolisis. Serbuk batang jagung yang digunakan lebih halus dan berukuran kurang dari 1 mm. Tekanan operasi pada proses ini kurang lebih 15 atm (brown,2003 dalam hambali).
Biomassa yang akan diproses pada reaktor pirolfluidized bed harus memiliki softening temperatur diatas suhu operasi tersebut, halini bertujuan agar arang yang dihasilkan selama proses tidak meleleh yang mengakibatkan terganggunya kondisi lapisan mengembang dan karena suhu operasi yang relatif rendah maka reaktor ini banyak digunakan untuk memproses lignoselulosa yang memiliki sifat lebih reaktif (brown,2003 dalam hambali 2007).

11.5 Tipe Vacum Pyrolizer
   Pirolisis vacum menggunakan yang dapat di perbaharui untuk dijadikan produk,yaitu bio-oil dan karbon black, bio-oil murni yang berharga tinggi di pasaran. Dekomposisi dari biomassa kompleks pada temperature 420 C, temperatur tersebut tidak berubah untuk membentuk produk minyak,karbon black, dan gas. Karbon black sebagai produk dari reaktor menuju tangki penampungan. Tipe produk yang dihasilkan dari proses pirolisis ini adalah 55% oil,35% karbon black dan 10% gas. Tekanan operasi proses ini antara 10-15 atm (brown,2003 dalam hambali2007)

11.6 pemilihan proses
   Berdasarkan keunggulan jenis proses yang telah di jelaskan di atas maka proses yang di pilih dalam proses bio-oil malalui fast pirolisis ini adalah menggunakan reaktur unggun terfluidifikasi.
Proses ini memiliki kapasitas yang paling besar per satatuan volume di bandingkan kedua proses lainya. Selain itu proses ini mampu menangani segala jenis biomassa yang mengandung lignoselulosa dan menghasilkan bio-oil. Gas yang didorong menyebaban pertikel-partikel terpirolisis dengan cepat (2 detik) sehingga tidak sempat mengggumpal (hambali 2007).

11.7 Diskripsi Proses
   Pembuatan bio-oil dari batang jagung diawali dari proses penghancuran (penghalusan) batang jaging menjadi berukuran kurang dari 1 mm,tujuanya agar mempercepat reaksi di dalam reaktor. Setelah berukuran batang jagung halis, maka akan di masukan ke dalam reaktor dengan menggunakan belt conveyor. Didalam reaktor terjadi proses fast pyrolisis dengan kondisi operasi yaitu suhu 480 C dan tekanan 4 atm. Reaksi yang terjadi adalah
Keluaran dari reaktor pirolisis yaitu berupa gas CO,CO,CH, HO dan H,uap bio-oil dan arang akan diteruskan ke cooler untu menurunkan suhu dari 480 C menjadi 195 C dan tekanan 4 atm menjadi 1,8 atm dengan bantuan air pendingin pada suhu 30 C dan tekanan 1 atm. Kemudian keluaran dari cooler akan di teruskan ke cyclone. Di cyclone arang dipisahkan dari gas CO,CO,CH, HO dan H,uap. Pemisahan tersebut terjadi kerena pengaruh gaya gravitasi. Arang tersebut du keluarkan dari bawah cyclone dan di tampung di tangki arang sedangkan uap dan gas akan keluar dari atas dan diteruskan ke kondensor.
Didalam kondensor suku diturunkan dari 195 C menjadi 35 C dan uap bio-oil dikondensasi menjadi cairan. Hasil kondensasi akan dipisahkan didalam knock out drum. Bio oil yang terbentuk akan keluar dari bawah dan dipompakan ke tangki penampungan bio-oil sedangkan gas CO,CO,CH, HO dan H di teruskan ke tungku pemanas yang berguna sebagai bahan bakar sedangkan sesanya akan digunakan ke dalam reaktor.










BAB 111 PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI

   Dalam pra perancangan pabrik pembuatan bio-oil dari batang jagung melalui proses pirolisis dengan kapasitas 2000 ton/tahun digunakan ketentuan sebagai berikut:
1.       Pabrik beroperasi selama 330 hari dalam setahun
2.       Kapasitas maksimum adalah 2000 ton/tahun
3.       Perhitungan didasarkan pada harga peralatan tiba di pabrik atau purchased equipment delivered (petern and timmerhause,2004)
4.       Harga alat di sesuaikan dengan nilai tukar dollar terhadap ripiah adalah: US$ 1= Rp. 9168,-
111. 1 MODAL INVESTASI TETAP LANGSUNG (MITL)
111.1.1 Biaya Tanah Lokasi Pabrik
Menurut keterangan masyarakat setempat biaya tanah pada lokasi pabrik berkisar Rp. 150.000/m²
Luas tanah keseluruhan    = 14.900 m²
Harga tanah keseluruhan = 14.900 m2 + rp. 150.000/m²
                                                   = Rp. 2.235.000.000,-
Biaya perataan tanah diperkirakan 5% dari harga tanah seluruhnya (peters and timmerhause,2004)
Biaya perataan tanah         = 0,05 x rp. 2.235.000.000,-
                                                   = Rp. 144.750.000,-
Total biaya tanah                 =  Rp. 2.235.000.000,- + Rp. 144.750.000,-
                                                   = Rp. 2.379.750.000,-
111.1.2 Harga Bangunan
Rincian harga bangunan dan sarana pabrik seperti dalam tabel LE.1 dibawan ini.
111.1.3 Perincian Harga Peralatan
Harga  peralatan proses impor                       = Rp. 39.750.548,-
Harga peralatan utilitas import                      = Rp. 156.701.091,-
Total harga peralatan impor                            = Rp. 39.750.548,- + Rp. 156.701.091,-
                                                                                   = Rp. 547.451.639,-
Harga peralatan proses non impor               = Rp. 65.732.382,-
Harga peralatan utilitas non import             = Rp. 129.235.900,-
Total harga peralatan non impor                   = Rp. 65.732.382,- + Rp. 129.235.900,-
                                                                                   = Rp. 132.382.905,-


Untuk harga alat impor sampai di lokasi pabrik ditambahkan biaya sebagai berikut:
Biaya transportasi         = 12.0 %
Biaya asuransi                                 = 1.0 %
Bea masuk                       = 15.0%
PPn                                     = 10.0 %
Biaya gudang di pelabuhan       = 0.5 %
Biaya administrasi pelabuhan  = 0.5%
Biaya instalasi listrik                      = 3.0 %
Biaya tak terduga                          = 0.5 %
Total                                                   = 43%
Untuk harga alat non impor sampai di lokasi pabrik ditambahkan biaya sebagai
berikut:
PPn                                     = 10.0 %
PPh                                     = 10.0 %
Transportasi lokal          = 0.5 %
Biaya tak terduga          = 0.5 %
Total                                   = 21 % (Peters and Timmerhaus. 2004)
Total harga peralatan tiba di lokasi pabrik (purchased-equipment delivered)
Adalah     = (1.43 x Rp 547.451.639) + (1.21 x Rp 194.968.285)
                   = Rp 1.016.030.210 .-
Biaya pemasangan diperkirakan 10% dari total harga peralatan (peters and timmerhaus,2004)
Biaya pemasangan              = 0.10 x Rp 1.016.030.210.-
                                                   = Rp 101.603.021.-

Harga peralatan + biaya pemasangan (C) :
                   = Rp 1.016.030.210 + Rp 101.603.021
                   = Rp 1.117.633.231.-
111.1.4 Intrumen Dan Alat Kontrol
   Diperkirakan biaya instrumen dan alat kontrol 30% dari total harga peralatan (timmerhaus,2004)
Biaya instrumentasi dan alat kontrol (D)    = 0.3 x Rp. 1.016.030.210,-
                                                                                   = Rp. 304.809.063,-
111.1.5 Biaya Perpipaan
   Diperkirakan biaya perpipaan 80% dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)
Biaya perpipaan (E)            = Rp. 0,8 x  Rp. 1.016.030.210,-
                                                   = Rp. 812.824.168,-
111.1.6 Biaya Instalasi Listrik
   Diperkirakan biaya instalasi listrik 20% dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)
Biaya instalasi listrik (F)     = 0,2 x Rp. 1.016.030.210,-
                                                   = Rp. 203.206.042,-
111.1.7 Biaya Insulasi
Diperkirakan biaya insulasi 25% dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)
Biaya insulasi (G) = 0,25 x Rp. 1.016.030.210,-
                                   = Rp. 254.007.553,-
111.1.8 Biaya Inventaris Kantor
Diperkirakan biaya inventaris kantor 5% dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)
Biaya inventaris kantor (H)              =0.05 x Rp. 1.016.030.210,-
                                                                   = Rp. 50.801.511,-
111.1.9 Biaya Perlengkapan Kebakaran Dan Keamanan

Diperkirakan biaya perlengkapan kebakaran dan keamanan 2% dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)

Biaya perlengkapan kebakarandan keamanan (I)  = 0.02 x Rp. 1.016.030.210,-
                                                                                                   = Rp. 20.320.604,-
111.1.10 Biaya Sarana Transportasi
   Untuk mempermudah pekerjaan perusahaan memberi fasilitas sarana transportasi (J) seperti pada tabel berikut.

Total MITL              = A + B +C +D +E +F +G + H + I +J
                                   = Rp. 31.108.952.172,-

111.2MODAL INVESTASI TETAP TAK LANGSUNG (MITTL)
111.2.1 Pra Investasi (biaya survey. perizinan. studi kelayakan. dan lain-lain)
Diperkirakan 10 % dari total harga peralatan (Peters et.al.. 2004).
Pra investasi (a)                   = 0.10 x Rp 1.016.030.210
                                                   = Rp 101.603.021 .-
111.2.2  Biaya Engineering dan Supervisi
Diperkirakan 5% dari total harga peralatan (Peters et.al.. 2004).
Biaya E. dan S. (b)               = 0.05 x Rp 1.016.030.210
                                                   = Rp 50.801.511
111.2.3  Biaya Legalitas
Diperkirakan 1% dari total harga peralatan (Peters et.al.. 2004).
Biaya legalitas (c)                                = 0.01 x Rp 1.016.030.210
                                                   = Rp 10.160.302 .-
111.2.4  Biaya Kontraktor
Diperkirakan 5% dari total harga peralatan (Peters et.al.. 2004).
Biaya kontraktor (d)          = 0.05 x Rp 1.016.030.210
                                                   = Rp 50.801.511 .-
111.2.5  Biaya Tak Terduga
Diperkirakan 15% dari total harga peralatan (Peters et.al.. 2004).
Biaya tak terduga (e)         = 0.15 x Rp 1.016.030.210
                                                   = Rp 152.404.532 .-
Total MITTL = (a) + (b) + (c) + (d) + (e)
= Rp 365.770.876 .-
Maka. total MODAL INVESTASI TETAP (MIT) adalah:
Total MIT = MITL + MITTL
= Rp 31.108.952.172 + Rp 365.770.876
= Rp 31.474.723.048.-

111.3MODAL KERJA
modal kerja dihitung untuk pengoperasian pabrik selama 3 bulan (90 hari)
111.3.1             Bahan Baku Proses

kebutuhan                                =560,4753 kg/jam
harga                           =Rp. 300.000,- /ton = Rp. 300,-/kg
9karena batang jagung tidak ada nilainya,maka harga hanya dibebankan pada biaya tranportasi)

Harga total                 =  90 hari x 24 jam/hari x 560.4753 kg/jam x Rp 300.-/kg
                       = Rp 363.187.994.-
111.3.2  Persediaan Bahan Baku Utilitas

a. Alumunium Sulfat [Al2(SO4)3]
Kebutuhan         = 2.1465 kg/jam
Harga                    = Rp 1.100.-/kg (Bratachem. 2008)
Harga total          = 90 hari x 24 jam/hari x 2.1465 kg/jam x Rp 1.100.-/kg
                                = Rp 5.100.084.-
b. Natrium Karbonat [Na2CO3]
Kebutuhan         = 0.1288 kg/jam
Harga                    = Rp 2.500.-/kg (Bratachem. 2008)
Harga total          = 90 hari x 24 jam/hari x 0.1288 kg/jam x Rp 2.500.-/kg                                    =Rp. 695.520.-
c. Kalsium Hipoklorit [Ca(ClO)2]
Kebutuhan         = 0.3013 kg/jam
Harga                    = Rp 9.500.-/kg (Bratachem. 2008)
Harga total          = 90 hari x 24 jam/hari x 0.3013 kg/jam x Rp 9.500.-/kg
                                = Rp 6.182.676.-
Total biaya persediaan bahan baku utilitas selama 3 bulan (90 hari):
                                = Rp 5.100.084 + Rp 695.520 + Rp 6.182.676
                                = Rp 11.978.280.-
Total biaya persediaan bahan baku proses dan utilitas selama 3 bulan (90 hari):
                                = Rp 363.187.994.- + Rp 11.978.280.-
                                = Rp 375.166.274.-
Total biaya persediaan bahan baku proses dan utilitas selama 330 hari (1 tahun):
                = x Rp 375.166.274.-
                = Rp 1.375.609.673.-
111.3.3 Kas
Daftar rincian gaji karyawan pabrik pembuatan asetat anhidrat seperti dalam
Tabel LE.6 dibawah ini.




Total gaji pegawai selama 1 bulan             =Rp. 357.400.000,-
       Total gaji pegawai selama 3 bulan             =Rp. 1.072.200.000,-biaya
111.3.4 Administrasi Umum
diperkirakan 5 % dari gaji pegawai                   =Rp. 0.05 x Rp. 1.072.200.000,-
                                                                                       =Rp. 53.610.000,-
111.3.5 Biaya Pemasaran
Diperkirakan 5% dari gaji pegawai   = 0.05 x Rp 1.072.200.000
                                                                       = Rp 53.610.000.-
111.3.6 Pajak Bumi Dan Bangunan
Dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mengacu kepada
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2000 Jo UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai berikut:
·         Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atas bangunan(Pasal 2 ayat 1 UU No.20/00).
·         Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (Pasal 6 ayat 1 UU No.20/00).
·         Tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (Pasal 5 UU No.21/97).
·          Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 30.000.000.-  (Pasal 7 ayat 1 UU No.21/97).
·         Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Perolehan Objek Kena Pajak (Pasal 8 ayat 2 UU No.21/97).
Maka berdasarkan penjelasan di atas. perhitungan PBB ditetapkan sebagai berikut:
·         Wajib Pajak Pabrik Bio-oil dari Batang jagung
Nilai Perolehan Objek Pajak
·         Tanah                                                                          Rp. 2.235.000.000-
·          Bangunan                                                                                 Rp 4.020.000.000,-
       Total NJOP                                                                          Rp 6.255.000.000 .-
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak            Rp. 30.000.000.-
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak                       Rp 6.225.000.000 .-
Pajak yang Terutang (20% x NPOPKP)                           Rp 1.245.000.000 .
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)                            0.5 % x 1.245.000.000
                                                                                                       = Rp 6.225.000
Pajak Bumi dan Bangunan per 3 bulan                           = 3/12 x Rp 6.225.000
                                                                                                       = Rp 1.556.250
111.3.7 Biaya Start-Up
Diperkirakan 12% dari Modal Investasi Tetap (Peters and Timmerhaus. 2004)
Biaya start-up          = 0.12 x Rp 31.474.723.048
                                       = Rp 3.776.966.766,-
111.3.8  Piutang Dagang
PD =  x HPT
Dimana: PD = Piutang Dagang, IP = Jangka waktu kredit yang diberikan (3 bulan), HPT = Hasil Penjualan Tahunan
Penjualan :
1. Harga Jual Bio-oil              =Rp 6.500.-/liter
Densitas Bio-oil                        = 1.2 kg/liter
Harga Jual =                             Rp 6.500.-/liter x 1.2 kg/liter
                                                       = Rp 7.800 kg
Produksi                                     = 242.4242 kg/jam
Hasil penjualan Bio-oil tahunan        = 242.4242 kg/jam x 24 jam/hari x 330 hari/tahun x Rp 7.800.-/kg
                                                                       = Rp 14.975.997.379.-
2. Harga Jual Arang (C)                         = Rp 5.000.-/kg ( Anonim. 2012)
Produksi                                                     = 237.6360 kg/jam
Hasil penjualan Arang (C) tahunan  = 237.6360 kg/jam x 24 jam/hari x 330 hari/tahun x Rp 5.000.-/kg
                                                                       = Rp 9.410.385.600.- Hasil penjualan total tahunan;
HPT total    = Rp 14.975.997.379 + 9.410.385.600
                       = Rp 24.386.382.979.-
Maka.
Piutang Dagang       = x Rp 24.386.382.979.-
                                       = Rp 6.096.595.745.-
Perincian modal kerja dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Modal kerja total dalam 1 tahun adalah = Rp 11.429.705.035.-
Total Modal Investasi = Modal Investasi Tetap + Modal Kerja
                                       = Rp 31.474.723.048 + Rp 11.429.705.035.-
                                       = Rp 42.904.428.083.-
Modal ini berasal dari:
·         Modal sendiri = 60% dari total modal investasi
                                       = 0.6 x Rp 42.904.428.083.-
                                       = Rp 25.742.656.850.-
·         Pinjaman dari Bank = 40% dari total modal investasi
                                       = 0.4 x Rp 42.904.428.083.-
                                       = Rp 17.161.771.233.-
111.4.                BIAYA PRODUKSI TOTAL

111.4.1   Biaya Tetap (Fixed Cost=Fc)

111.4.1.1 Gaji Tetap Karyawan
Gaji tetap karyawan terdiri dari gaji tetap tiap bulan ditambah 1 bulan gaji
yang diberikan sebagai tunjangan. sehingga;
Gaji total (P)             = (12 + 1) x Rp 357.400.000
                                       = Rp 4.646.200.000 .-
111.4.1.2 Bunga Pinjaman Bank
Bunga Bunga pinjaman bank adalah 15 % dari total pinjaman (Bank Mandiri.
2011).
Bunga bank (Q)       = 0.15 x Rp 17.161.771.233.-
                                       = Rp 2.574.265.685.-
111.4.1.3 Depresiasi dan Amortisasi
       Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk
mendapatkan. menagih. dan memelihara penghasilan melalui penyusutan (Riyanto.1978). Pada perancangan pabrik ini. dipakai metode garis lurus atau straight line method. Dasar penyusutan menggunakan masa manfaat dan tarif penyusutan sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No.17 Tahun 2000 Pasal 11 ayat 6

dapat dilihat pada Tabel LD.9.
Depresiasi dihitung dengan metode garis lurus dengan harga akhir nol.
D = P-L/n  (Riyanto. 1978)
dimana:
D = depresiasi per tahun
P = harga awal peralatan
L = harga akhir peralatan
n = umur peralatan (tahun)

       Semua modal investasi tetap langsung (MITL) kecuali tanah mengalami
penyusutan yang disebut depresiasi. sedangkan modal investasi tetap tidak langsung (MITTL) juga mengalami penyusutan yang disebut amortisasi.

       Pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun untuk mendapatkan menagih. dan memelihara penghasilan dapat dihitung dengan amortisasi dengan menerapkan taat azas (UU RI Pasal 11 ayat 1 No.17 Tahun 2000). Para Wajib Pajak menggunakan tarif amortisasi untuk harta tidak berwujud dengan menggunakan masa manfaat kelompok masa 4 (empat) tahun sesuai pendekatan prakiraan harta tak berwujud yang dimaksud (Riyanto. 1978). Untuk masa 4 tahun.

maka biayaamortisasi adalah 3% dari MITTL. sehingga:

Biaya amortisasi                      = 0.03 x Rp 365.770.876
                                                       = Rp 10.973.126 .-
Total biaya depresiasi dan amortisasi (R)
                                                       = Rp 2.052.812.232 + Rp 10.973.126
                                                       = Rp 2.063.785.359


111.4.1.5Biaya Tetap Perawatan
      
Total biaya perawatan  (S)  = Rp. 1.436.460.109,-


111.4.1.6  Biaya Tambahan Industri (Plant Overhead Cost)
       Biaya tambahan industri ini diperkirakan 5% dari modal investasi tetap
(Peters and Timmerhaus. 2004).
Plant Overhead Cost (T) = 0.05 x 31.474.723.048
= Rp 1.573.736.152 .-
111.4.1.7 Biaya Administrasi Umum
       Biaya administrasi umum selama 3 bulan               = Rp 53.610.000.-


Biaya administrasi umum selama 1 tahun (U)             = 4 x Rp 53.610.000
                                                                                                       = Rp 214.440.000.-
111.4.1.8  Biaya Pemasaran dan Distribusi
       Biaya pemasaran selama 3 bulan               = Rp 53.610.000.-
Biaya pemasaran selama 1 tahun                     = 4 x Rp 53.610.000
                                                                                       = Rp 214.440.000.-
Biaya distribusi diperkirakan 12% dari biaya pemasaran. sehingga:
Biaya distribusi                                                         = 0.12 x Rp 214.440.000
                                                                                       = Rp 25.732.800.-
maka.
Biaya pemasaran dan distribusi (V)                                 = Rp214.440.000+ Rp 25.732.800
                                                                                       = Rp 240.172.800.-
111.4.1.9 Biaya Laboratorium. Penelitan dan Pengembangan
       Diperkirakan 35 % dari biaya tambahan industri (Timmerhaus et al. 2004)
Biaya laboratorium (W)                                        = 0.35 x Rp 1.573.736.152
                                                                                       = Rp 55.080.765

11.4.1.10  Hak Paten dan Royalti
       Diperkirakan 1% dari modal investasi tetap (Peters and Timmerhaus,2004).
Biaya hak paten dan royalti (X)                         = 0.01 x Rp 31.474.723.048
                                                                                       = Rp 314.747.230 .-
111.4.1.11 Biaya Asuransi
       1. Biaya asuransi pabrik
Biaya asuransi pabrik adalah 0.3% dari modal investasi tetap (Asosiasi
Asuransi Jiwa Indonesia-AAJI. 2007).
Biaya asuransi pabrik                                             = 0.003 x Rp 31.474.723.048
                                                                                       = Rp 94.424.169 .-
       2. Biaya asuransi karyawan
biaya asuransi karyawan 0.3 % dari modal investasi tetap
                                                                                       = 0.003 × 31.474.723.048
                                                                                       = Rp 94.424.169 .-
Biaya asuransi karyawan. diperkirakan 1.54 % dari gaji karyawan
                                                                                       = 0.0154 x 357.400.000
                                                                                       = Rp 66.047.520
Total biaya asuransi (Y)                                         = Rp 94.424.169 + Rp 66.047.520
                                                                                       = Rp 160.471.689 .-
111.4.1.12 Pajak Bumi dan Bangunan
       Pajak Bumi dan Bangunan (Z) adalah Rp 6.225.000 .-
Total Biaya Tetap (Fixed Cost)           = P + Q + R + S + T + U +V + W + X+ Y + Z
                                                                       = Rp 13.285.584.790.-


111.5  BIAYA VARIABEL
       111.5.1 Biaya Variabel Bahan Baku Proses dan Utilitas per Tahun
Biaya persediaan bahan baku proses dan utilitas selama 90 hari;
Adalah Rp 375.166.274.-
Total biaya persediaan bahan baku proses dan utilitas selama 1 tahun
adalah = Rp 1.375.609.673.-
       111.5.2 Biaya Variabel Tambahan
Biaya perawatan dan penanganan lingkungan
Diperkirakan 0.5 % dari biaya variabel bahan baku;
                                       = 0.005 x Rp 1.375.609.673.-
                                       = Rp 6.878.048.-
Biaya variabel pemasaran dan distribusi
Diperkirakan 1 % dari biaya variabel bahan baku;
                                       = 0.01 x Rp 1.375.609.673.-
                                       = Rp 13.756.097.-
Total biaya variabel tambahan          = Rp 6.878.048 + Rp 13.756.097
                                                                       = Rp 20.634.145.-



111.5.3  Biaya Variabel Lainnya
Diperkirakan 2.5 % dari biaya variabel tambahan
                                       = 0.025 x Rp 20.634.145
                                       = Rp 515.854.-
Total biaya variabel = Rp 1.396.759.672.-
Total biaya produksi = Biaya tetap + Biaya variabel
                                       = Rp 13.285.584.790 + Rp 1.396.759.672.-
                                       = Rp 14.682.344.461.-

111.6  PERKIRAAN LABA / RUGI PERUSAHAAN
111.6.1  Laba Sebelum Pajak (Bruto)
Laba atas penjualan = Total penjualan – Total biaya produksi
                                       = Rp 24.386.382.979 – Rp 14.682.344.461
                                       = Rp 9.704.038.518.-
Bonus perusahaan untuk karyawan 0.5% dari keuntungan perusahaan;
Maka.                          = 0.005 x Rp 9.704.038.518.-
                                       = Rp 48.520.193.-
Pengurangan bonus atas penghasilan bruto sesuai dengan UU RI No.17 Tahun 2000
Pasal 6 ayat 1 sehingga:
Laba sebelum pajak = Rp 9.704.038.518 – Rp 48.520.193
                                       = Rp 9.655.518.325.-

111.6.2  Pajak Penghasilan (PPh)
       Berdasarkan UU RI Nomor 17 ayat 1 Tahun 2000. Tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan yang
meliputi:
·         Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000.- dikenakan pajak sebesar 10%.
·         Penghasilan Rp 50.000.000.- sampai dengan Rp 100.000.000.- dikenakan pajak sebesar 15%.
·         Penghasilan di atas Rp 100.000.000.- dikenakan pajak sebesar 30%.
Maka pajak penghasilan yang harus dibayar adalah:
10% x Rp 50.000.000                                                              = Rp 5.000.000.-
15% x (Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000)                        = Rp 7.500.000.-
30% x (Rp 9.655.518.325 – Rp 100.000.000) = Rp 2.866.655.498.-
Total PPh                                                                                    = Rp 2.879.155.498.-

11.6.3  Laba Setelah Pajak
Laba setelah pajak = Laba sebelum pajak – PPh
                                       = Rp 9.655.518.325 – Rp 2.879.155.498
                                       = Rp 6.776.362.828.-

111.7  ANALISA EKONOMI

111.7.1  Profit Margin (PM)
PM =Total penjualan / Laba sebelum pajak x 100%

                                       = Rp 9.655.518.325/Rp 24.386.382.979 x 100%
                                       =39,5939 %
111.7.2  Break Event Point (BEP)
BEP = BiayaTetap / (Total Penjualan- BiayaVariabel) x 100%
                                       = Rp13.285.584.790 / (Rp 24.386.382.979 -  Rp.1.396.759.672) x 100%
                                       = 57,7895 %
Kapasitas produksi pada titik BEP     = 0.5779 x 2.000 ton/tahun
                                                                       = 1155.8 ton/tahun
Nilai penjualan pada titik BEP            = 0.5779 x Rp 24.386.382.979.-
                                                                       = Rp 14.092.765.003.-
111.7.3  Return on Investment (ROI)
ROI = Laba setelah pajak / TotalModalInvestasi  x 100%
                                                       = Rp 6.776.362.828 / Rp 42.904.428.083 x 100%
                                                       = 15.7941 %


111.7.4  Pay Out Time (POT)
       POT =  x 1 tahun

       = x 1 tahun = 6,3315 tahun = 6 tahun

111.7 5 RETURN ON NETWORK
RON             =  x 100%
                       = x 100%
                       = 26,3235%

111.7.6 Internal Rate of Return (IRR)
       Untuk menentukan nilai IRR harus digambarkan jumlah pendapatan dan
pengeluaran dari tahun ke tahun yang disebut “Cash Flow”. Untuk memperoleh cash
flow diambil ketentuan sebagai berikut:
·         Laba kotor diasumsikan mengalami kenaikan 10% tiap tahun.
·         Masa pembangunan disebut tahun ke-0 (nol).
·         Jangka waktu cash flow dipilih 10 tahun.
·         Perhitungan dilakukan dengan menggunakan nilai pada tahun ke-10.
·         Cash flow adalah laba sesudah pajak ditambah penyusutan.
Dari Tabel LE.13. diperoleh nilai IRR = 22,9255 % dan analisa nilai break event
point dapat dilihat Table LE-12


IRR = 22% + [() x (23% - 22%)]
= 22,9255 %



















BAB 1V PENUTUP
1V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa terhadap aspek ekonomi diperoleh data sebagai berikut:
·         total biaya investasi                               = RP. 42.904.428.083      
·         biaya produksi                                         = RP. 14.682.344.461
·         hasil penjualan per tahun                   = RP. 24.386.382.979
·         laba bersih                                                 = RP.6/.776.362.828
·         profit margin (PM)                                                = 39,5939%
·         break even point (BEP)                         = 57,79%             
·         return on invesment (ROI)                  =15,7941%
·         pay out time (POT)                                                = 6 tahun
·         return on network (RON)                    = 26,3235%
·         internal rate on return (IRR)               = 22,9255%
berdasarkan hasil analisa aspek ekonomi,maka dapat disimpulkan bahwa pabrik pembuatan bio-oil melalui proses pyrolisis dari batang jagung layak untuk didirikan.






DAFTAR PUSTAKA
RICHO CHANDRA (080405102),’pra perancabgan pabruk pembuatan bio-oil dengan proses fast pyrolisis kapasitas produksi 2000 ton / tahun’,fakultas teknik universitas sumatera utara,medan,2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar