ANALISA EKONOMI
INDUSTRI BIO-OIL DI INDONESIA
Disusun oleh:
ANDI SETIAWAN (201225003)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOG AL-KAMAL
JAKARTA
2014
Kata pengantar
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat ALLAH SWT,tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan raahmat serta
ridhonya kepada saya sehingga penulis bisa menyeleaikan makalah proses pembuatan bio-oil dari bahan baku
kayu dengan baik. Tidak lupa penulis juga ucapkan terimakasih kepada dosen
agro industri yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini,serta saya
ucapkan terimakasih pula kepada teman-teman jurusan teknik kimia seluruhnya
yang telah mensupport demi terselesaikanya makalah ini.
‘tiada gading yang tak retak’ adalah ungkapan untuk makalah
ini,karena penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan bik isi maupun
penulisan didalam makalah ini. Oleh karena itu suatu masukan, kritik dan saran
yang membangun untuk menjadikan makalah ini lebih baik sangat saya harapkan.
Demikian pengantar dari saya,
semoga adanya makalah ini dapt membarikan mamfaat untuk para pembaca sekalian.
Terimakasih wasalamualaikum warohmatullahiwabarrokatuh.
Tangerang,07 maret 2014
penulis
Andi
Setiawan(201225003)
Daftar isi
Halaman
judul..................................................................................i
Kata pengantar.................................................................................ii
Daftar
isi...........................................................................................iii
BAB.1
Pendahuluan..........................................................................1
1.1 Latar
belakang.......................................................................1
1.2 Rumusan
masalah..................................................................1
1.3 tujuan....................................................................................1
BAB.11
Pembahasan.........................................................................2
11.1 Bio-Oil...................................................................................2
11.2 proses pembuatan bio-oil....................................................3
11.3 tipe sirkulating fluid bed......................................................4
11.4 tipe fluidized bed (unggun
terfluidisasi)................................5
11.5 tipe vacum
pyrolisis..............................................................6
11.6 pemilihan
proses..................................................................7
11.7 diskripsi
proses.....................................................................7
BAB 111
PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI.........................................8
111.1 MODAL INVESTASI TETAP
LANGSUNG(MITL).....................8
111.1.1 biaya tanah lokasi
pabrik................................................8
111.1.2 harga
bangunan..............................................................8
111.1.3 perincian harga
peralatan...............................................9
111.1.4 instrumen dan alat
kontrol............................................11
111.1.5 biaya
perpipaan.............................................................11
111.1.6 biaya instalasi
listrik......................................................11
111.1.7 biaya insulasi..................................................................11
111.1.8 biaya iventaris
kantor......................................................11
111.1.9 biaya perlengkapan kebakaran dan
keamanan.................12
111.1.10 biaya sarana
tranportasi.................................................12
111.2 MODAL INVESTASI TETAP TAK LANGSUNG
(MITTL).............12
111.2.1 pra
investasi.....................................................................12
111.2.2 biaya enginering dan
supervisi.........................................13
111.2.3 biaya
legalitas..................................................................13
111.2.4 biaya
kontraktor..............................................................13
111.2.5 biaya tak
terduga.............................................................13
111.3 MODAL
KERJA.....................................................................13
111.3.1 bahan baku proses...........................................................14
111.3.2 persediaan bahan baku
utilitas.........................................14
111.3.3
kas....................................................................................15
111.3.4 administrasi
umum...........................................................17
111.3.5 biaya
pemasaran...............................................................17
111.3.6 pajak bumi dan
bangunan.................................................17
111.3.7 biaya start
up....................................................................18
111.3.8 piutang
dagang..................................................................18
111.4 BIAYA PRODUK
TOTAL..........................................................20
111.5 BIAYA
VARIABLE...................................................................24
111.6 PERKIRAAN LABA / RUGI
PERUSAHAAN...............................24
111.7 ANALISA
EKONOMI...............................................................25
BAB 1V
PENUTUP
................................................................................27
1V.1
kesimpulan.............................................................................27
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................27
BAB 1 PENDAHULIAN
1.1 LATAR BALAKANG
Pengembangan bioenergi sebagai sumber energi
alternatif terbaru sangatlah prospektif mengingat melimpahnya sumber daya alam
di indonesia. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bioenergi bertranformasi menjadi bentuk yang lebih modern. Bioenergi yang kita
kenal sekarang mempunyai dua bentuk yaitu, bioenergi tradisional dan bioenergi
modern. Bioenergi tradisional yang sering kita temui adalah kayu bakar.
Sedangkan yang lebih modern diantaranya bioetanol,biodisel ataupun biogas.
Pembuatan bioenergi modern sangatlah mudah, yakni dengan mengubah biomassa
menjadi bahan bakar dengan proses tertentu. Ada dua jenis pembuatan bioenergi,
yaitu proses bio kimia dan proses termo kimia. Proses biokimia adalah proses
melibatkan enzymatic fermentation, sedangkan proses termokimia terdapat dua
langkah proses yaitu pertama sintetik gas (syngas) yang juga menghasilkan CO
dan hidrogen pada proses pirolisis dan gasifikasi biomassa. Langkah kedua yaitu
syngas dikonversikan melalui reaksi katalitik bakteri kedalam bentuk lain
seperti etonol atau butanol (anonim,2012)
Pakr perminyakan indonesia,
kartubi (2004), menyatakan bahwa mulai tahun 2004, produksi perminyakan
indonesia berada pada level terendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Produksi
minyak mentah pada triwulan 1/2004 hanya sekitar 0,98 juta per barrel per hari
atau sekitar 360 juta barrel per tahun, sedangkan pada tahun 1999, produksi
minyak masih sekitar 1,4 juta barrel per hari. Diketahui pula bahwa harga
minyak dunia meningkat pesat dan diiringi dengan meningkatnya permintaan bahan
bakar minyak didalam negeri. Permasalahan inilah yang membawa dampak pada
meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk minyak tanah indonesia.
Tabel 1.1 memperlihatkan
perkembangan jumlah impor dan kebutuhan minyak solar pada wilayah sumatera
utara dan indonesia mulai tahun 2004 sampai 2010.
Mengatasi krisis bahan bakar minyak (BBM) dan ketergantungan terhadap
minyak bumi serta memenuhi kebutuhan peryaratan global, satu-satunya cara
adalah dengan mengembangkan bahan bakar alternatif ramah lingkungan.
Bahan yang mengandung selulosa berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan
baku bio-oil. Bahan-bahan tersebut diantaranya kayu, kulit kayu,bagas, batang
jagung, dan biomassa lainya. Bahan yang memiliki kandungan lignin yang tinggi
menghasilkan rendemen bio-oil yang rendah, sedangkan bahan baku dengan
kandungan selulosa tinggi cenderung menghasilkan bio-oil dengan rendemen lebih
tinggi (hambali,2007).
Batang jagung sebagai bahan
baku bio-oil lebih kompetitif dan efisien dibandingkan dengan bahan baku lainya
diatas.
Sebagai perbandingannya, batang jagung mengandung 53% selulosa dan 16%
lignin. Pada serbuk kayu gergaji mengandung 45% selulosa dan 33% lignin.
Sedangkan pada tandan kosong kelapa sawit mengandung 54% selulosa dan 22%
lignin.
Selain itu, luas area
pertanian jagung dan produksi batang jagung di sumatera utara dan indonesia
setiap tahun terus meningkat seperti tertera pada tabel 1.2 dan 1.3 dibawah
ini.
Tabel 1.2 luas panen dan produksi tanaman jagung di sumatera utara
Tabel 1.3 luas panen dan produksi tanaman jagung di indonesia
Dari data produksi tanaman
jagung di sumatera utara diasumsikan 50% menghasilkan batang jagung. Maka
ketersediaan batang jagung di sumatera utara sebanyak 411.533 ton/tahun. Dari
hasil perhitungan, kebutuhan batang jagung proses pembuatan bio-oil sebanyak 50
ton per tahun.
Oleh karena itu, pembangunan
bio-oil berbahan baku batang jagung sangat cocok dan ideal bila didirikan di
indonesia dala memenuhi permintaan dalam negeri dan permintaan dunia akan
bio-oil.perumusan masalah
1.2. perumusan masalah
Industri bio-oil dengan bahan
baku crude palm oil dari dalam negeri diperkirakan tidak bisa berkembang kerena
harga bahan baku crude palm oil (cpo) dipasar internasional meningkat drastis
sehingga produksi bio-oil berbahan baku cpo tidak ekonomis. Maka salah satu
produksi bio-oil yang dapat didirikan di indonesia adalah dengan menggunakan bahan baku batang jagung.
1.3. tujuan
Memberikan gambaran tentang
kelayakan pembangunan industri bio-oil berbahan baku batang jagung.
BAB 11
PEMBAHASAN
11.1 Bio Oil
Bio oil adalah bahan bakar cair
yang bewarna gelap ,beraroma seperti asap, dan diproduksi dari bio massa
seperti kayu,kulit kayu, kertas atau biomassa lainya melalui teknologi
pirolisis (pyrolisis) atau pirolisis cepat (fast pyrolisis). Fast pirolisis
adalah komposisi termal dari komponen organik tanpa kehadiran oksigen dengan
cara mengalirkan N2 dapat mengusir oksigen dalam prosesnya untuk menghasilkan
cairan, gas dan arang. Cairan ini yang kita sebut sebagai bio-oil. Bio-oil yang
dihasilkan dalam proses pirolisis cepat tergantung pada komposisi biomassa yang
digunakan sebagai bahan baku,kecepatan serta lama pemanasan. Rendemen tertinggi
yang dihasilkan dari pirolisis cepat berkisar 78% dengan lama pemanasan 0,5-2
detik, pada temperatur 400-600 ⁰C dan proses pendinginan yang cepat
pada akhir proses. Pendinginan yang cepat sangat penting untuk memperoleh
produk dengan berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa
gas yang memiliki berat milekul rendah. Produksi bio oil sangat menguntungkan
karena dengan pengonversian bio-oil maka akan didapatkan produk berupa bahan bakar
minyak bio, misalnya: biokerosene,biodiesel dan lain-lain (hanbali,2007)
Gambar 11.1 dibawah ini merupakan struktur kimia bio-oil
11.2 Proses Pembuatan Bio-Oil
Proses yang ada
pada pembuatan bio-oil adalah fast pyrolisis yang merupakan dekomposisi termal
dari komponen organik tanpa kehadiran oksigen dalam prosesnya untuk
menghasilkan cairan,gas dan arang.cairan yang dihasilkan ini lebih lanjut kita
kenal sebagai bio-oil. Produk yang dihasilkan pada proses fast pyrolisis
tergantung dari komposisi biomassa yang digunakan sebagai bahan baku,kecepatan
serta lama pemanasan. Rendemen cairan tinggi
yang dapat dihasilkan dari proses fast pyrolisis berkisat 78% dangan
lama pemanasan 2 detik pada suhu 480 C dan proses kondensasi yang cepat pada akhir
proses. Kondensasi yang cepat sangat penting untuk memperoleh produk dengan
berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang
memiliki berat molekul rendah. Proses pirolisis cepat dilakukan pada reaktor
pirolisis,awalnya lignoselulosa yang sudah diproses secara fisis diumpankan ke
reaktor dan akan mengalami proses pemanasan sampai temperatur reaksi 480 ⁰C.
Kecuali bahan pengotor,lignoselulosa terkonversi menjadi bio-oil,karbon dan
hidrogen,kerbon dioksida,karbon monoksida dan metana. Proses pirolisis
lignoselulosa berdasarkan sistem reaksi dapat dibagi menjadi tiga macam,yaitu:
circulating fluid bed,fluidized bed and vacum pyrolizer (hanbali,2007)
11.3 Tipe Sirkulating Fluid Bed
Circulating fluid bed, dimana
serbuk selulosa yang berukuran 3-30
mm diumpan dari atas reaktor dan akan menumpuk karena
gaya beratnya. Gas CO₂ dikembus dari bawah berlawanan dengan masuknya
lignoselulosa akan bereaksi membentuk gas. Hal ini menyebabkan lignoselulosa
turun secara berlahan selama proses hingga waktu tinggal (residense time)
lignoselulosa adalah 1 jam serta menghasilkan produk sisa berupa abu
(brown,2003 dalam hambali 2007).
Reaktor circulating flud bed sesuai untuk produksi uap,karbon dan gas
sintesis dengan tingkat konversi karbon pada tipe circulating flud bed mencapai
12%.
11.4 Tipe Fluidized Bed (Unggun
Terfluidisasi)
Tipe fluidized bed, dimana
pemasukan batang jagung dari samping (side feeds),gas N₂ dari bagian bawah gaya dorong
dari gas N₂
akan setimbang dengan gaya grafitasi sehinggga serbuk batang jagung dalam
keadaan mengembang pada saat terjadi peoses pirolisis. Serbuk batang jagung
yang digunakan lebih halus dan berukuran kurang dari 1 mm. Tekanan operasi pada
proses ini kurang lebih 15 atm (brown,2003 dalam hambali).
Biomassa yang akan diproses pada reaktor pirolfluidized bed harus
memiliki softening temperatur diatas suhu operasi tersebut, halini bertujuan
agar arang yang dihasilkan selama proses tidak meleleh yang mengakibatkan terganggunya
kondisi lapisan mengembang dan karena suhu operasi yang relatif rendah maka
reaktor ini banyak digunakan untuk memproses lignoselulosa yang memiliki sifat
lebih reaktif (brown,2003 dalam hambali 2007).
11.5 Tipe Vacum Pyrolizer
Pirolisis vacum menggunakan yang
dapat di perbaharui untuk dijadikan produk,yaitu bio-oil dan karbon black, bio-oil
murni yang berharga tinggi di pasaran. Dekomposisi dari biomassa kompleks pada
temperature 420 ⁰C, temperatur tersebut tidak berubah untuk membentuk
produk minyak,karbon black, dan gas. Karbon black sebagai produk dari reaktor
menuju tangki penampungan. Tipe produk yang dihasilkan dari proses pirolisis
ini adalah 55% oil,35% karbon black dan 10% gas. Tekanan operasi proses ini
antara 10-15 atm (brown,2003 dalam hambali2007)
11.6 pemilihan proses
Berdasarkan keunggulan jenis
proses yang telah di jelaskan di atas maka proses yang di pilih dalam proses
bio-oil malalui fast pirolisis ini adalah menggunakan reaktur unggun
terfluidifikasi.
Proses ini memiliki kapasitas yang paling besar per satatuan volume di
bandingkan kedua proses lainya. Selain itu proses ini mampu menangani segala
jenis biomassa yang mengandung lignoselulosa dan menghasilkan bio-oil. Gas yang
didorong menyebaban pertikel-partikel terpirolisis dengan cepat (2 detik)
sehingga tidak sempat mengggumpal (hambali 2007).
11.7 Diskripsi Proses
Pembuatan bio-oil dari batang
jagung diawali dari proses penghancuran (penghalusan) batang jaging menjadi
berukuran kurang dari 1 mm,tujuanya agar mempercepat reaksi di dalam reaktor.
Setelah berukuran batang jagung halis, maka akan di masukan ke dalam reaktor
dengan menggunakan belt conveyor. Didalam reaktor terjadi proses fast pyrolisis
dengan kondisi operasi yaitu suhu 480 ⁰C dan tekanan 4 atm. Reaksi yang terjadi
adalah
Keluaran dari reaktor pirolisis yaitu berupa gas CO,CO₂,CH₄,
H₂O
dan H₂,uap
bio-oil dan arang akan diteruskan ke cooler untu menurunkan suhu dari 480 C
menjadi 195 C dan tekanan 4 atm menjadi 1,8 atm dengan bantuan air pendingin
pada suhu 30 ⁰C dan tekanan 1 atm. Kemudian keluaran dari cooler akan di
teruskan ke cyclone. Di cyclone arang dipisahkan dari gas CO,CO₂,CH₄,
H₂O
dan H₂,uap.
Pemisahan tersebut terjadi kerena pengaruh gaya gravitasi. Arang tersebut du
keluarkan dari bawah cyclone dan di tampung di tangki arang sedangkan uap dan
gas akan keluar dari atas dan diteruskan ke kondensor.
Didalam kondensor suku diturunkan dari 195⁰ C menjadi 35 ⁰C
dan uap bio-oil dikondensasi menjadi cairan. Hasil kondensasi akan dipisahkan
didalam knock out drum. Bio oil yang terbentuk akan keluar dari bawah dan
dipompakan ke tangki penampungan bio-oil sedangkan gas CO,CO₂,CH₄,
H₂O
dan H₂
di teruskan ke tungku pemanas yang berguna sebagai bahan bakar sedangkan
sesanya akan digunakan ke dalam reaktor.
BAB 111
PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI
Dalam pra perancangan pabrik
pembuatan bio-oil dari batang jagung melalui proses pirolisis dengan kapasitas
2000 ton/tahun digunakan ketentuan sebagai berikut:
1.
Pabrik beroperasi selama 330 hari dalam setahun
2.
Kapasitas maksimum adalah 2000 ton/tahun
3.
Perhitungan didasarkan pada harga peralatan tiba
di pabrik atau purchased equipment delivered (petern and timmerhause,2004)
4.
Harga alat di sesuaikan dengan nilai tukar
dollar terhadap ripiah adalah: US$ 1= Rp. 9168,-
111. 1 MODAL INVESTASI TETAP LANGSUNG (MITL)
111.1.1 Biaya Tanah Lokasi Pabrik
Menurut keterangan masyarakat
setempat biaya tanah pada lokasi pabrik berkisar Rp. 150.000/m²
Luas tanah keseluruhan = 14.900 m²
Harga tanah keseluruhan = 14.900
m2 + rp. 150.000/m²
=
Rp. 2.235.000.000,-
Biaya perataan tanah diperkirakan
5% dari harga tanah seluruhnya (peters and timmerhause,2004)
Biaya perataan tanah = 0,05 x rp. 2.235.000.000,-
=
Rp. 144.750.000,-
Total biaya tanah = Rp. 2.235.000.000,- + Rp. 144.750.000,-
=
Rp. 2.379.750.000,-
111.1.2 Harga Bangunan
Rincian harga bangunan dan sarana
pabrik seperti dalam tabel LE.1 dibawan ini.
111.1.3 Perincian Harga Peralatan
Harga peralatan proses impor = Rp. 39.750.548,-
Harga peralatan utilitas import = Rp. 156.701.091,-
Total harga peralatan impor = Rp. 39.750.548,- +
Rp. 156.701.091,-
=
Rp. 547.451.639,-
Harga peralatan proses non impor = Rp. 65.732.382,-
Harga peralatan utilitas non
import = Rp. 129.235.900,-
Total harga peralatan non impor = Rp. 65.732.382,- + Rp.
129.235.900,-
=
Rp. 132.382.905,-
Untuk harga alat impor sampai di
lokasi pabrik ditambahkan biaya sebagai berikut:
Biaya
transportasi = 12.0 %
Biaya
asuransi =
1.0 %
Bea
masuk = 15.0%
PPn = 10.0 %
Biaya
gudang di pelabuhan = 0.5 %
Biaya
administrasi pelabuhan = 0.5%
Biaya
instalasi listrik =
3.0 %
Biaya tak terduga =
0.5 %
Total =
43%
Untuk harga alat non impor sampai
di lokasi pabrik ditambahkan biaya sebagai
berikut:
PPn = 10.0 %
PPh = 10.0 %
Transportasi lokal = 0.5 %
Biaya
tak terduga = 0.5 %
Total = 21 % (Peters
and Timmerhaus. 2004)
Total harga peralatan tiba di
lokasi pabrik (purchased-equipment delivered)
Adalah = (1.43 x Rp 547.451.639) + (1.21 x Rp 194.968.285)
= Rp 1.016.030.210 .-
Biaya pemasangan diperkirakan 10% dari total harga
peralatan (peters and timmerhaus,2004)
Biaya pemasangan
= 0.10 x Rp 1.016.030.210.-
=
Rp 101.603.021.-
Harga peralatan + biaya pemasangan (C) :
=
Rp 1.016.030.210 + Rp 101.603.021
=
Rp 1.117.633.231.-
111.1.4 Intrumen Dan Alat Kontrol
Diperkirakan
biaya instrumen dan alat kontrol 30% dari total harga peralatan
(timmerhaus,2004)
Biaya instrumentasi dan alat
kontrol (D) = 0.3 x Rp. 1.016.030.210,-
=
Rp. 304.809.063,-
111.1.5 Biaya Perpipaan
Diperkirakan
biaya perpipaan 80% dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)
Biaya perpipaan (E) = Rp. 0,8 x Rp. 1.016.030.210,-
=
Rp. 812.824.168,-
111.1.6 Biaya Instalasi Listrik
Diperkirakan
biaya instalasi listrik 20% dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)
Biaya instalasi listrik (F) = 0,2 x Rp. 1.016.030.210,-
=
Rp. 203.206.042,-
111.1.7 Biaya Insulasi
Diperkirakan biaya insulasi 25%
dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)
Biaya insulasi (G) = 0,25 x Rp. 1.016.030.210,-
=
Rp. 254.007.553,-
111.1.8 Biaya Inventaris Kantor
Diperkirakan biaya inventaris
kantor 5% dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)
Biaya inventaris kantor (H) =0.05 x Rp. 1.016.030.210,-
=
Rp. 50.801.511,-
111.1.9 Biaya Perlengkapan Kebakaran Dan Keamanan
Diperkirakan biaya perlengkapan
kebakaran dan keamanan 2% dari total harga peralatan (timmerhaus et al,2004)
Biaya perlengkapan kebakarandan
keamanan (I) = 0.02 x Rp. 1.016.030.210,-
=
Rp. 20.320.604,-
111.1.10 Biaya Sarana Transportasi
Untuk
mempermudah pekerjaan perusahaan memberi fasilitas sarana transportasi (J)
seperti pada tabel berikut.
Total MITL = A + B
+C +D +E +F +G + H + I +J
=
Rp. 31.108.952.172,-
111.2MODAL INVESTASI TETAP TAK LANGSUNG (MITTL)
111.2.1 Pra Investasi (biaya
survey. perizinan. studi kelayakan. dan lain-lain)
Diperkirakan 10 % dari total
harga peralatan (Peters et.al.. 2004).
Pra investasi (a) = 0.10 x Rp 1.016.030.210
=
Rp 101.603.021 .-
111.2.2 Biaya Engineering dan Supervisi
Diperkirakan 5% dari total harga
peralatan (Peters et.al.. 2004).
Biaya E. dan S. (b) = 0.05 x Rp 1.016.030.210
=
Rp 50.801.511
111.2.3 Biaya Legalitas
Diperkirakan 1% dari total harga
peralatan (Peters et.al.. 2004).
Biaya legalitas (c) = 0.01 x Rp
1.016.030.210
=
Rp 10.160.302 .-
111.2.4 Biaya Kontraktor
Diperkirakan 5% dari total harga
peralatan (Peters et.al.. 2004).
Biaya kontraktor (d) = 0.05 x Rp 1.016.030.210
=
Rp 50.801.511 .-
111.2.5 Biaya Tak Terduga
Diperkirakan 15% dari total harga
peralatan (Peters et.al.. 2004).
Biaya tak terduga (e) = 0.15 x Rp 1.016.030.210
=
Rp 152.404.532 .-
Total MITTL = (a) + (b) +
(c) + (d) + (e)
= Rp 365.770.876 .-
Maka. total MODAL INVESTASI TETAP
(MIT) adalah:
Total MIT = MITL + MITTL
= Rp 31.108.952.172 + Rp
365.770.876
= Rp 31.474.723.048.-
111.3MODAL KERJA
modal kerja dihitung untuk
pengoperasian pabrik selama 3 bulan (90 hari)
111.3.1
Bahan
Baku Proses
kebutuhan =560,4753
kg/jam
harga =Rp. 300.000,- /ton = Rp. 300,-/kg
9karena batang jagung tidak ada
nilainya,maka harga hanya dibebankan pada biaya tranportasi)
Harga total = 90 hari x 24 jam/hari x 560.4753 kg/jam x Rp
300.-/kg
= Rp 363.187.994.-
111.3.2 Persediaan Bahan Baku
Utilitas
a. Alumunium Sulfat [Al2(SO4)3]
Kebutuhan = 2.1465 kg/jam
Harga = Rp 1.100.-/kg (Bratachem. 2008)
Harga total = 90 hari x 24 jam/hari x 2.1465 kg/jam
x Rp 1.100.-/kg
=
Rp 5.100.084.-
b. Natrium Karbonat [Na2CO3]
Kebutuhan = 0.1288 kg/jam
Harga = Rp 2.500.-/kg (Bratachem. 2008)
Harga total = 90 hari x 24 jam/hari x 0.1288 kg/jam
x Rp 2.500.-/kg =Rp.
695.520.-
c. Kalsium Hipoklorit [Ca(ClO)2]
Kebutuhan = 0.3013 kg/jam
Harga = Rp 9.500.-/kg (Bratachem. 2008)
Harga total = 90 hari x 24 jam/hari x 0.3013 kg/jam
x Rp 9.500.-/kg
=
Rp 6.182.676.-
Total biaya persediaan bahan baku
utilitas selama 3 bulan (90 hari):
=
Rp 5.100.084 + Rp 695.520 + Rp 6.182.676
=
Rp 11.978.280.-
Total biaya persediaan bahan baku
proses dan utilitas selama 3 bulan (90 hari):
=
Rp 363.187.994.- + Rp 11.978.280.-
=
Rp 375.166.274.-
Total biaya persediaan bahan baku
proses dan utilitas selama 330 hari (1 tahun):
=
x Rp 375.166.274.-
=
Rp 1.375.609.673.-
111.3.3 Kas
Daftar rincian gaji karyawan
pabrik pembuatan asetat anhidrat seperti dalam
Tabel LE.6 dibawah ini.
Total gaji pegawai selama 1 bulan =Rp. 357.400.000,-
Total
gaji pegawai selama 3 bulan =Rp.
1.072.200.000,-biaya
111.3.4 Administrasi Umum
diperkirakan 5 % dari gaji
pegawai =Rp. 0.05 x Rp.
1.072.200.000,-
=Rp.
53.610.000,-
111.3.5 Biaya Pemasaran
Diperkirakan 5% dari gaji pegawai
= 0.05 x Rp 1.072.200.000
=
Rp 53.610.000.-
111.3.6 Pajak Bumi Dan Bangunan
Dasar perhitungan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) mengacu kepada
Undang-undang RI No. 20 Tahun
2000 Jo UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan sebagai berikut:
·
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak
atas tanah dan atas bangunan(Pasal 2 ayat 1 UU No.20/00).
·
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan
Objek Pajak (Pasal 6 ayat 1 UU No.20/00).
·
Tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (Pasal 5 UU
No.21/97).
·
Nilai
Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 30.000.000.- (Pasal 7 ayat 1 UU No.21/97).
·
Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Perolehan Objek Kena Pajak (Pasal 8
ayat 2 UU No.21/97).
Maka berdasarkan penjelasan di
atas. perhitungan PBB ditetapkan sebagai berikut:
·
Wajib Pajak Pabrik
Bio-oil dari Batang jagung
Nilai Perolehan Objek Pajak
·
Tanah Rp.
2.235.000.000-
·
Bangunan Rp
4.020.000.000,-
Total
NJOP Rp
6.255.000.000 .-
Nilai Perolehan
Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Rp. 30.000.000.-
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena
Pajak Rp 6.225.000.000
.-
Pajak yang Terutang (20% x
NPOPKP) Rp
1.245.000.000 .
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) 0.5 % x
1.245.000.000
= Rp 6.225.000
Pajak Bumi dan Bangunan per 3
bulan = 3/12 x
Rp 6.225.000
= Rp 1.556.250
111.3.7 Biaya Start-Up
Diperkirakan 12% dari Modal
Investasi Tetap (Peters and Timmerhaus. 2004)
Biaya start-up = 0.12 x Rp 31.474.723.048
=
Rp 3.776.966.766,-
111.3.8 Piutang Dagang
PD = x HPT
Dimana: PD = Piutang Dagang, IP =
Jangka waktu kredit yang diberikan (3 bulan), HPT = Hasil Penjualan Tahunan
Penjualan :
1. Harga Jual Bio-oil =Rp
6.500.-/liter
Densitas Bio-oil = 1.2 kg/liter
Harga Jual =
Rp 6.500.-/liter x 1.2 kg/liter
=
Rp 7.800 kg
Produksi = 242.4242 kg/jam
Hasil penjualan Bio-oil tahunan = 242.4242 kg/jam x 24 jam/hari x 330
hari/tahun x Rp 7.800.-/kg
=
Rp 14.975.997.379.-
2. Harga Jual Arang (C) =
Rp 5.000.-/kg ( Anonim. 2012)
Produksi = 237.6360 kg/jam
Hasil penjualan Arang (C) tahunan = 237.6360 kg/jam x 24 jam/hari x 330 hari/tahun
x Rp 5.000.-/kg
=
Rp 9.410.385.600.- Hasil penjualan total tahunan;
HPT total = Rp
14.975.997.379 + 9.410.385.600
=
Rp 24.386.382.979.-
Maka.
Piutang Dagang = x Rp 24.386.382.979.-
=
Rp 6.096.595.745.-
Perincian modal kerja dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini
Modal kerja total dalam 1 tahun
adalah = Rp 11.429.705.035.-
Total Modal Investasi = Modal
Investasi Tetap + Modal Kerja
=
Rp 31.474.723.048 + Rp 11.429.705.035.-
=
Rp 42.904.428.083.-
Modal ini berasal dari:
·
Modal sendiri = 60% dari total modal investasi
=
0.6 x Rp 42.904.428.083.-
=
Rp 25.742.656.850.-
·
Pinjaman dari Bank = 40% dari total modal
investasi
=
0.4 x Rp 42.904.428.083.-
=
Rp 17.161.771.233.-
111.4.
BIAYA
PRODUKSI TOTAL
111.4.1
Biaya
Tetap (Fixed Cost=Fc)
111.4.1.1 Gaji Tetap Karyawan
Gaji tetap karyawan terdiri dari gaji tetap tiap bulan ditambah 1 bulan
gaji
yang diberikan sebagai tunjangan. sehingga;
Gaji total (P) = (12 +
1) x Rp 357.400.000
=
Rp 4.646.200.000 .-
111.4.1.2 Bunga Pinjaman Bank
Bunga Bunga pinjaman bank adalah 15 % dari total pinjaman (Bank Mandiri.
2011).
Bunga bank (Q) = 0.15 x Rp
17.161.771.233.-
=
Rp 2.574.265.685.-
111.4.1.3 Depresiasi dan Amortisasi
Pengeluaran untuk memperoleh
harta berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk
mendapatkan. menagih. dan memelihara penghasilan melalui penyusutan (Riyanto.1978).
Pada perancangan pabrik ini. dipakai metode garis lurus atau straight line method.
Dasar penyusutan menggunakan masa manfaat dan tarif penyusutan sesuai dengan
Undang-undang Republik Indonesia No.17 Tahun 2000 Pasal 11 ayat 6
dapat dilihat pada Tabel LD.9.
Depresiasi dihitung dengan metode garis lurus dengan harga akhir nol.
D = P-L/n (Riyanto.
1978)
dimana:
D = depresiasi per tahun
P = harga awal peralatan
L = harga akhir peralatan
n = umur peralatan (tahun)
Semua modal investasi tetap
langsung (MITL) kecuali tanah mengalami
penyusutan yang disebut depresiasi. sedangkan modal investasi tetap tidak
langsung (MITTL) juga mengalami penyusutan yang disebut amortisasi.
Pengeluaran untuk memperoleh
harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun untuk mendapatkan menagih. dan memelihara penghasilan dapat
dihitung dengan amortisasi dengan menerapkan taat azas (UU RI Pasal 11 ayat 1
No.17 Tahun 2000). Para Wajib Pajak menggunakan tarif amortisasi untuk harta
tidak berwujud dengan menggunakan masa manfaat kelompok masa 4 (empat) tahun sesuai
pendekatan prakiraan harta tak berwujud yang dimaksud (Riyanto. 1978).
Untuk masa 4 tahun.
maka biayaamortisasi adalah 3% dari MITTL. sehingga:
Biaya amortisasi
= 0.03 x Rp 365.770.876
=
Rp 10.973.126 .-
Total biaya depresiasi dan amortisasi (R)
=
Rp 2.052.812.232 + Rp 10.973.126
=
Rp 2.063.785.359
111.4.1.5Biaya Tetap Perawatan
Total biaya perawatan (S) = Rp. 1.436.460.109,-
111.4.1.6 Biaya Tambahan
Industri (Plant Overhead Cost)
Biaya tambahan industri ini
diperkirakan 5% dari modal investasi tetap
(Peters and Timmerhaus. 2004).
Plant Overhead Cost (T) = 0.05 x 31.474.723.048
= Rp 1.573.736.152 .-
111.4.1.7 Biaya Administrasi Umum
Biaya administrasi umum
selama 3 bulan = Rp
53.610.000.-
Biaya administrasi umum selama 1 tahun (U) = 4 x Rp 53.610.000
=
Rp 214.440.000.-
111.4.1.8 Biaya Pemasaran dan
Distribusi
Biaya pemasaran selama 3
bulan = Rp 53.610.000.-
Biaya pemasaran selama 1 tahun
= 4 x Rp 53.610.000
=
Rp 214.440.000.-
Biaya distribusi diperkirakan 12% dari biaya pemasaran. sehingga:
Biaya distribusi
= 0.12 x Rp 214.440.000
=
Rp 25.732.800.-
maka.
Biaya pemasaran dan distribusi (V) =
Rp214.440.000+ Rp 25.732.800
=
Rp 240.172.800.-
111.4.1.9 Biaya Laboratorium. Penelitan dan Pengembangan
Diperkirakan 35 % dari biaya
tambahan industri (Timmerhaus et al. 2004)
Biaya laboratorium (W) =
0.35 x Rp 1.573.736.152
=
Rp 55.080.765
11.4.1.10 Hak Paten dan Royalti
Diperkirakan 1% dari modal
investasi tetap (Peters and Timmerhaus,2004).
Biaya hak paten dan royalti (X)
= 0.01 x Rp 31.474.723.048
=
Rp 314.747.230 .-
111.4.1.11 Biaya Asuransi
1. Biaya asuransi pabrik
Biaya asuransi pabrik adalah 0.3% dari modal investasi tetap (Asosiasi
Asuransi Jiwa Indonesia-AAJI. 2007).
Biaya asuransi pabrik
= 0.003 x Rp 31.474.723.048
=
Rp 94.424.169 .-
2. Biaya asuransi karyawan
biaya asuransi karyawan 0.3 % dari modal investasi tetap
=
0.003 × 31.474.723.048
=
Rp 94.424.169 .-
Biaya asuransi karyawan. diperkirakan 1.54 % dari gaji karyawan
=
0.0154 x 357.400.000
=
Rp 66.047.520
Total biaya asuransi (Y) =
Rp 94.424.169 + Rp 66.047.520
=
Rp 160.471.689 .-
111.4.1.12 Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (Z)
adalah Rp 6.225.000 .-
Total Biaya Tetap (Fixed Cost) =
P + Q + R + S + T + U +V + W + X+ Y + Z
=
Rp 13.285.584.790.-
111.5 BIAYA VARIABEL
111.5.1 Biaya Variabel Bahan
Baku Proses dan Utilitas per Tahun
Biaya persediaan bahan baku proses dan utilitas selama 90 hari;
Adalah Rp 375.166.274.-
Total biaya persediaan bahan baku proses dan utilitas selama 1 tahun
adalah = Rp 1.375.609.673.-
111.5.2 Biaya Variabel
Tambahan
Biaya perawatan dan penanganan lingkungan
Diperkirakan 0.5 % dari biaya variabel bahan baku;
=
0.005 x Rp 1.375.609.673.-
=
Rp 6.878.048.-
Biaya variabel pemasaran dan distribusi
Diperkirakan 1 % dari biaya variabel bahan baku;
=
0.01 x Rp 1.375.609.673.-
=
Rp 13.756.097.-
Total biaya variabel tambahan
= Rp 6.878.048 + Rp 13.756.097
= Rp 20.634.145.-
111.5.3 Biaya Variabel
Lainnya
Diperkirakan 2.5 % dari biaya variabel tambahan
=
0.025 x Rp 20.634.145
=
Rp 515.854.-
Total biaya variabel = Rp 1.396.759.672.-
Total biaya produksi = Biaya tetap + Biaya variabel
=
Rp 13.285.584.790 + Rp 1.396.759.672.-
=
Rp 14.682.344.461.-
111.6 PERKIRAAN LABA / RUGI
PERUSAHAAN
111.6.1 Laba Sebelum Pajak
(Bruto)
Laba atas penjualan = Total penjualan – Total biaya produksi
=
Rp 24.386.382.979 – Rp 14.682.344.461
=
Rp 9.704.038.518.-
Bonus perusahaan untuk karyawan 0.5% dari keuntungan perusahaan;
Maka. =
0.005 x Rp 9.704.038.518.-
=
Rp 48.520.193.-
Pengurangan bonus atas penghasilan bruto sesuai dengan UU RI No.17 Tahun
2000
Pasal 6 ayat 1 sehingga:
Laba sebelum pajak = Rp 9.704.038.518 – Rp 48.520.193
=
Rp 9.655.518.325.-
111.6.2 Pajak Penghasilan (PPh)
Berdasarkan UU RI Nomor 17
ayat 1 Tahun 2000. Tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan yang
meliputi:
·
Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000.-
dikenakan pajak sebesar 10%.
·
Penghasilan Rp 50.000.000.- sampai dengan Rp
100.000.000.- dikenakan pajak sebesar 15%.
·
Penghasilan di atas Rp 100.000.000.- dikenakan
pajak sebesar 30%.
Maka pajak penghasilan yang harus dibayar adalah:
10% x Rp 50.000.000
= Rp 5.000.000.-
15% x (Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000)
= Rp 7.500.000.-
30% x (Rp
9.655.518.325 – Rp 100.000.000) = Rp
2.866.655.498.-
Total PPh =
Rp 2.879.155.498.-
11.6.3 Laba Setelah Pajak
Laba setelah pajak = Laba sebelum pajak – PPh
=
Rp 9.655.518.325 – Rp 2.879.155.498
=
Rp 6.776.362.828.-
111.7 ANALISA EKONOMI
111.7.1 Profit Margin (PM)
PM =Total penjualan / Laba sebelum pajak x 100%
= Rp 9.655.518.325/Rp 24.386.382.979
x 100%
=39,5939 %
111.7.2 Break Event Point (BEP)
BEP = BiayaTetap / (Total Penjualan- BiayaVariabel) x 100%
= Rp13.285.584.790 / (Rp
24.386.382.979 - Rp.1.396.759.672) x
100%
= 57,7895 %
Kapasitas produksi pada titik BEP =
0.5779 x 2.000 ton/tahun
=
1155.8 ton/tahun
Nilai penjualan pada titik BEP =
0.5779 x Rp 24.386.382.979.-
= Rp
14.092.765.003.-
111.7.3 Return on Investment
(ROI)
ROI = Laba setelah pajak / TotalModalInvestasi x 100%
= Rp 6.776.362.828 / Rp
42.904.428.083 x 100%
= 15.7941 %
111.7.4 Pay Out Time (POT)
POT = x 1 tahun
= x 1 tahun = 6,3315 tahun = 6 tahun
111.7 5 RETURN ON NETWORK
RON = x 100%
= x 100%
= 26,3235%
111.7.6 Internal Rate of
Return (IRR)
Untuk menentukan nilai IRR
harus digambarkan jumlah pendapatan dan
pengeluaran dari tahun ke tahun yang disebut “Cash Flow”. Untuk memperoleh
cash
flow diambil ketentuan sebagai berikut:
·
Laba kotor diasumsikan mengalami kenaikan 10%
tiap tahun.
·
Masa pembangunan disebut tahun ke-0 (nol).
·
Jangka waktu cash flow dipilih 10 tahun.
·
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan nilai
pada tahun ke-10.
·
Cash flow adalah laba sesudah pajak
ditambah penyusutan.
Dari Tabel LE.13. diperoleh nilai IRR = 22,9255 % dan analisa nilai break
event
point dapat dilihat Table LE-12
IRR = 22% + [() x (23% - 22%)]
= 22,9255 %
BAB 1V
PENUTUP
1V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa terhadap aspek ekonomi diperoleh data sebagai
berikut:
·
total biaya investasi = RP. 42.904.428.083
·
biaya produksi =
RP. 14.682.344.461
·
hasil penjualan per tahun = RP. 24.386.382.979
·
laba bersih =
RP.6/.776.362.828
·
profit
margin (PM) =
39,5939%
·
break even
point (BEP) =
57,79%
·
return on
invesment (ROI) =15,7941%
·
pay out
time (POT) =
6 tahun
·
return on
network (RON) =
26,3235%
·
internal
rate on return (IRR) =
22,9255%
berdasarkan hasil analisa aspek ekonomi,maka dapat disimpulkan bahwa
pabrik pembuatan bio-oil melalui proses pyrolisis dari batang jagung layak
untuk didirikan.
DAFTAR PUSTAKA
RICHO
CHANDRA (080405102),’pra perancabgan
pabruk pembuatan bio-oil dengan proses fast pyrolisis kapasitas produksi 2000
ton / tahun’,fakultas teknik universitas sumatera utara,medan,2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar